Dunia Sex 69 - Kasihan melihat gadis yang bernama Sherlyn itu menjadi siksaan orang tua, maka dari tu Sherlyn mudah terjun ke dalam lubang hitam dijadikan langganan para hidung belang. Dia tidak bisa kemana-mana lagi, yang penting dia bisa makan dan tidur. Suatu hari Sherlyn ingin merubah nasibnya dengan menjadi pelayan café, dan dia menuliskan ceritanya di sini.
Di suatu malam yang sangat dingin, hujan gerimis mengguyur tubuh penulis yang saat itu melintas di ruas Jalan Marelan. Tiba-tiba tidak disengaja terlihat seorang gadis yang menggunakan gaun tembus pandang. Tubuhnya yang mungil dan cantik diterpa angin yang kencang.
Sekali-sekali dirinya menggigil menahan dinginnya cuaca malam itu. Penulis yang masih terus penasaran melihat tindakan gadis tersebut. Terlintas juga dalam benak penulis “gadis cantik seperti itu lagi ngapain di depan cafe? sementara di dalam café pengunjung sepi” Inilah yang terlintas dalam benak penulis.
Akhirnya penulis mencoba memberanikan diri menyapa gadis yang memakai baju warna putih tembus pandang. “Hai… lagi ngapain mbak?” Dia mejawab, ”ngga ada, cuma nongkorong doang.”
Selanjutnya penulis mengenalkan diri pada gadis cantik tersebut yang kemudian mengaku namanya “Sherlyn ”. Kurang lebih 15 menit di depan café, penulis mengajak gadis itu ke dalam café. Sesampainya di dalam café, penulis menanyakan “Sherlyn minum apa?” dijawabnya, “terserah apa aja bang.”
Pelayan café juga tiba di depan kami, yang tidak kalah seksi dan cantiknya dari Sherlyn , memakai rok mini di atas lutut. Sekali-sekali tangannya suka menggoda dan meraba-raba paha pengunjung.
Hujan gerimis masih membasahi jalan raya, cuacapun semakin dingin, pengunjung café sudah kosong, tinggal kami berdua dan dua orang pelayan café, saat itu jam 1.30 Wib. Sherlyn yang dari tadi hanya tertunduk sepertinya butuh perhatian. Sekali-sekali Sherlyn menebarkan senyum yang menggoda.
Panjang lebar cerita, hujanpun tidak kunjung berhenti, minuman Jus sudah habis, pemilik café menyiapkan barang-barangnya untuk tutup. Sherlyn mulai buka cerita dengan sifat yang agak malu-malu, sambil mengatakan, “bang cafenya sudah mau tutup kita cek in yo?” Mendengar ajakan Sherlyn penulis terdiam sejenak.
Sherlyn sepertinya tidak habis pikir, kenapa saya tidak mau menjawabnya. Sherlyn bertanya lagi, ”bang ayo donk…! aku mau cerita lebih jauh lagi ama abang.” Akhirnya aku kabulkan ajakan Sherlyn karena penuh dengan harapan akan mendapat cerita dari Sherlyn .
Akhirnya kami bergegas mau pergi, pemilik café langsung menegur, “abang mau pulang?”
Aku jawab, “ia tante.”
“Nanti sakit, inikan masih hujan…!”
Aku jawab, “kayaknya hujannya ini lama tante.”
“Kami pulang tante?”
Di jawabnya, “iya…! Hati-hati di jalan licin bang.”
Aku jawab lagi, “ia tante.”
Kami langsung menuju ke arah Simalingkar, salah satu café and bar dekat Hotel Royal Sumatera. Sewaktu dalam perjalanan, Sherlyn memeluk aku sangat kencang sepertinya takut kehilangan. Dalam perjalanan itu, aku bertanya, “Sherlyn kamu cantik, kok maunya kerjaan seperti ini?”
Jawab Sherlyn , “bang kalau masih ada kerjaan yang lebih hina dari sini akan kukerjakan walaupun itu pahit.”
“Maksud Sherlyn gimana?”
“Sherlyn juga tidak mau kerja ini tapi orang tua Sherlyn sendiri menghancurkan masa depan Sherlyn .”
“Sherlyn tidak diterima di lingkungan keluarga lagi bang. Kalau kuceritakan kehidupan aku, mungkin satu malam ini belum selesai. Tapi itupun kalau abang mendesakku, nanti ada waktunya bang, Sherlyn akan ceritakan semuanya buat abang.”
Kamipun sampai di tempat tujuan. Aku kaget Sherlyn rupanya sudah dikenal di café tersebut. Sesampainya di cafe, Sherlyn langsung didekati seorang laki-laki separuh baya yang notabenenya om-om. Yang pasti aku tidak tahu persis apa cerita orang itu, hanya melihat Sherlyn dipeluk si laki-laki tadi dengan erat sambil mencium bibir Sherlyn di tengah-tengah lampu yang samar-samar.
Lanjut cerita, gadis malang itu mulai bergegas mau pergi bersama si laki-laki yang kehausan nafsu dengan kondisi setengah mabuk. Sebelum pergi, Sherlyn mendekatiku sambil mengatakan, “bang Sherlyn mau pergi, pokoknya besok aku hubungi abang, ok bang?” Aku mengiyakannya.
Sherlyn langsung pergi menaiki mobil laki-laki itu untuk meninggalkan café. Akupun tidak tinggal diam untuk melacak mangsa tulisanku luput sampai di situ. Kupanggil pelayan café untuk membayar minuman. Tapi lain jawaban pelayan, “bang minumannya sudah dibayar om tadi.” Sebelum pergi meninggalkan café, kuberikan tip sama pelayan café yang menemaniku untuk pamitan pulang.
Sampai di depan café, kuperhatikan mobil laki-laki itu kemana arahnya. Kuikuti dari belakang sampai mobil itu belok ke salah satu tempat penginapan yang berkelas di Simalingkar. Ya… kutinggalkan setelah dapat kepastian mereka menginap di hotel tersebut.
Sesampainya di simpang kampus Universitas Sumatera Utara (USU), aku berhenti di satu café kecil minum (TST) Teh Susu Telor. Selama satu jam aku di café itu, tiba-tiba ponselku bunyi dengan nada panggilan.
Kuangkat ponselku, kulihat nomornya sepertinya tidak aku kenal. Aku sempat kaget tengah malam kegini siapa lagi yang menghubungiku (terlintas dalam benak aku). Ponsel berbunyi terus, kubiarkan sampai tiga kali panggilan baru kuangkat.
Sangat kaget mendengar sautan dalam ponsel itu terdengar suara perempuan baru kukenal. Menjawab pertanyaanku dengan manja sambil mengajak aku untuk menginap. Mendengar ajakan ini aku tidak percaya bahwa Sherlyn mau menginap bersamaku, sementara dianya masih bersama laki-laki barusan 2 jam kutinggalkan.
Sherlyn mengatakan kalau laki-laki tadi tidak bisa menginap sampai pagi, karena takut ketahuan sama istri dan anaknya.
Aku tanya, “ini no HP siapa?”
Sherlyn jawab, “om tadi kupinjam.”
Kutanya lagi, “berarti dia masih ada di ruang kamar?”
Sherlyn menjawab, “ia, tapi dia udah mau pulang bang, abang datang ya? aku tunggu Sherlyn tidak ada kawan, cepat dong bang.”
Desakan ini aku tidak mudah terpengaruh, karena takut ada kejadian yang tidak diinginkan nanti.
Kurang lebih 30 menit, hari hampir pagi jam 4.23 Wib aku menghubungi Sherlyn melalui ponselnya. Sherlyn mengangkat dengan nada kesal, “abang dimana kok ngga datang? cepat donk aku tidak ada kawan nih…!”
Akhirinya aku beranikan diri balik lagi ke hotel tersebut. Kuperhatikan mobil si laki-laki setengah baya yang tadi kutinggalkan di tempat parkir, memang tidak ada. Aku tanya langsung ke penjaga hotel, lalu menjawabnya, “sudah pulang bang, abang itu tiap menginap di hotel ini sampai jam 3.00 Wib saja bang. Abang mau ngapain?”
Kujawab dengan nada yang sopan, “aku barusan dihubungi cewek kawan bapak tadi.”
Belum habis aku ngomong, langsung penjaga itu potong, “Sherlyn bang?” katanya. “Iya bang.”
“Ada di kamar 19, masuk aja bang, ngga apa-apa itu di sini bisa kita jaga keamanan.”
“Ok bang terimakasih ya bang,” jawabku.
Aku langsung menuju ke kamar no 19, kuketuk pintu kamar, langsung dibuka, gadis seorang diri dengan mengenakan gaun tidur tembus pandang.
Sepertinya Sherlyn tidak memakai BH alias pembalut buah dada, hanya segi tiga transparan yang nampak. Mulai dari ujung rambut kuperhatikan sampai ujung kuku serta seisi dalam kamar itu sebelum masuk. Dipersilakan masuk sambil menarik tanganku ke dalam, “kok takut-takut, masuk dong bang, ngga apa-apa kok.” Tangan Sherlyn yang nakal hampir membuat aku jadi tidak terkontrol.
Sherlyn memang cantik, putih dan seksi, bahkan tidak ditemui satupun bekas luka di tubuhnya. Tangannya yang mulus, lembutnya belaian penuh dengan rasa sayang. Aku tertunduk sejenak di pinggir tempat tidur sambil mengisap rokok Sampoerna, sementara Sherlyn tidur di pangkuan aku sambil memeluk pinggangku.
Rokok sudah habis, aku ambilkan tas kecilku yang di dalamnya ada alat perekam suara, langsung kuhidupkan. Sherlyn memang nakal, mau tahu aja apa isi dalam tas aku. Dia mengambilnya dan mengeluarkan tape rekamannya, memutar balik isi kaset. Baru Sherlyn tahu mulai dari pertemanan tadi dianya ngomong aku rekam.
Saat itu juga gadis yang seksi, manja mencubitku dengan kesal. “abang kok tega kali merekam suara Sherlyn , untuk apa bang? abang wartawan ya? jahat abang, aku ngga mau lagi cerita ama abang. Rupanya abang wartawan pantasan abang mulai dari tadi ngebut kali mendengar kisah Sherlyn kenapa terjun ke dunia malam.”
Sherlyn yang dari tadi nakal, kontan langsung terdiam dan membelakangi aku. Sementara radio rekamannya dia pegang, aku minta, dia ngga kasih. Bahkan dia mengatakan, “abang puas ya menanyai Sherlyn hanya untuk kesenangan abang, malunya untuk Sherlyn , berarti abang ikut dong menghancurkan Sherlyn dan mempermalukan Sherlyn di muka umum.”
Aku berusaha meyakininya dengan rasa sayang. Kukecup pipinya yang menandakan aku bukan untuk mempermalukannya. Tapi aku ingin mengangkat kisahnya untuk membantu sakit hati Sherlyn yang selama ini dipendam seperti bara yang sangat merah dan panas. Sherlyn kupeluk, kusayang, dan akhirnya Sherlyn mengalah memberikan rekamannya.
Sherlyn yang marah akhirnya bisa ku redakan kemarahannya. Sampai setengah jam Sherlyn tidak mau cakap, Sherlyn diam dengan posisi tengkurap di atas tempat tidur yang empuk tanpa menghiraukan aku. Aku termenung sejenak memikirkan cara apa lagi kubuat untuk mengajak Sherlyn menceritakan kisahnya.
Dengan ide yang cemerlang terlintas di benakku untuk merayu dengan posisi yang sama. Akhirnya pertahanan Sherlyn kandas juga. Sherlyn membalikkan tubuhnya dengan posisi miring menghadap aku. Dia senyum sambil memelukku sambil bertanya. “Apa sih gunanya abang muat di koran kisah Sherlyn ? abang jahat kali ya? apa memang wartawan seperti itu? sukanya memberitakan kesusahan orang lain.” Aku jawab dengan nada yang rendah. Sherlyn menebar senyuman yang memikat hati Sherlyn agar dianya dapat yakin dan percaya.
Sherlyn yang manja dan seksi itu akhirnya luluh tersenyum dengan ikhlas meceritakan kisah hidupnya sampai terjun ke dunia hitam untuk memuaskan nafsu lelaki hidung belang.
Sherlyn bercerita pajang lebar tentang kisah hidupnya pada penulis pada pukul 4.30 Wib sampai pukul 7.30 pagi. Berawal dari ceritanya gadis cantik ini sangat lugu takut dengan laki-laki, bahkan banyak sekali kawan-kawan Sherlyn yang mengejeknya kampungan. Tapi itu semua tidak pernah dia masukkan dalam hati, hanya dianggapnya sebatas kuping saja. Waktu itu Sherlyn masih duduk di bangku SMA Swasta kelas dua di Medan.
Dengan keluguan Sherlyn , banyak sekali para lelaki satu lokalnya menaruh hati sama dia. lain orang lain tingkah lakunya, beratus teori yang dibuat cowok-cowok keren yang mendekatinya. Yang namanya cinta belum juga ada di benaknya. Suatu waktu yang tidak disangka Sherlyn ketemu dengan seorang pemuda yang baik hati, Yakub (nama samarannya) berhasil memikat hati Sherlyn .
Penuh dengan rayuan dan kemesraan yang berjalan cukup lumayan sampai ke jenjang penikahan. Awal dari kesukaan Sherlyn pada Yakub yakni penuh dengan kejujuran dan kebaikannya di mata Sherlyn membuatnya tergila-gila dengan Yakub .
Saat yang dinanti-nantikan, Yakub mulai berani bercanda mengajak Sherlyn jalan-jalan ke salah satu tepat perbelanjaan. Ajakan ini tidak disangka Yakub kalau Sherlyn langsung menyetujuinya. Perjalananpun dilanjutkan ke sebuah plaza. Dengan mesra Yakub memberanikan diri memegang jari tangan Sherlyn yang lembut dan halus.
Sentuhan itu membuat hati Sherlyn berdebar-debar seperti baru terkena strum listrik. Padahal menurutnya banyak cowok yang jahil menyentuh tangannya, tak satupun belum pernah ia rasakan detak jantung seperti ini.
Sherlyn membalas sentuhan tangan Yakub sampai pada genggaman yang gemas sama-sama dilakukan. Yakub menarik tangan Sherlyn sambil mengecup kulit tangan Sherlyn yang halus penuh dengan arti dan kasih sayang yang tidak bisa dituturkan.
Sesampai di plaza, Sherlyn mengajak Yakub keliling-keling di dalam plaza. Sherlyn sudah mulai lelah dan Yakub juga kelelahan. Sherlyn kasihan melihat Yakub dan ajak dia pulang ke rumah Sherlyn . Sesampainya mereka di rumah, ternyata kedua orang tuanya bekum juga pulang kerja, yang ada adik Sherlyn baru pulang sekolah.
Mereka melanjutkan ngobrolnya di ruang tamu sambil nonton TV Flim Sinetron yang di bintangi Rano Karno sema menjalin cinta remaja di bangku sekolah. Waktu sudah menunjukkan pukul 16.00 Wib, Yakub dengan sopan berpamitan sama Sherlyn . Dengan kesopanan Yakub juga membuat Sherlyn terus bertambah sayang dan cinta sama dia.
Tanpa mereka sadari, tiga bulan sudah berjalan hubungan Sherlyn dengan Yakub . Hubungan baik itu melalui telepon atau ketemu di sekolah terus berlanjut. Yakub sudah mengenalkan Sherlyn pada orang tuanya, dan Sherlyn sudah mengenalkan Yakub pada kedua orang tuanya juga. Semula kedua orang tua Sherlyn tidak pernah mempersoalkan hubungannya dengan Yakub sampai mereka naik ke kelas tiga. Sewaktu hari libur kawan-kawan Sherlyn mengajak rekreasi di Pantai Kasan.
Yakub menyetujuinya, Sherlyn senang karena Yakub mau ikut bersama-sama. Mereka berangkat, tiga pasangan yang semuanya pacaran, ongkos mereka kumpul-kumpul bersama. Tiba waktunya Sherlyn pun menunggu angkot berjanji jumpa di simpang Amplas. Pukul 9.30 wib sudah kumpul semuanya, langsung menaiki mobil bersama-sama ke pemandian.
Sesampainya di sana, masing-masing pasangan berpencar menyewa gubuk yang ada di pinggir pantai. Yakub masih malu-malu untuk menyewa gubuk buat mereka berdua yang di luar. Yakub menatap Sherlyn dengan penuh kasih sayang. Sherlyn mengkedipkan mata agar Yakub berani menyewakan gubuk buat mereka berdua.
Akhirnya Yakub mengajak Yakub menyewa gubuk pas di pinggir pantai. Cuaca mulai mendung, mereka ganti baju untuk sama-sama berenang. Satu jam penuh berenang perut mulai mulas dan terasa nyeri menahankan lapar. Setengah jam kemudian mereka dengan bersama-sama berhenti mandi untuk makan di tepi Pantai Kasan.
Mandi sudah, makanpun sudah, tinggal istirahat dulu baru nunggu sore, baru mandi lagi, siap mandi baru pulang. Kebetulan siap makan hujan gerimis pun tiba, mereka sangat khawatir kalau pantai ini akan meluap nantinya.
Tapi kekhawatiran ini hilang begitu saja sesaat Sherlyn berduaan dengan Yakub di dalam gubuk. Hujan makin lebat, Yakub menutup pintu gubuk, suasana makin dingin Yakub menatap Sherlyn dengan lembut. Saat Sherlyn menggeser posisi duduknya, Yakub menarik tangannya, sambil merangkul bahunya.
Sherlyn terkejut dengan nafas yang agak kencang, jantungnya berdebar-debar, ada rasa benci dan suka. Yakub tidak menghintakan jemarinya di bahu Sherlyn , tangannya mulai menjulur ke pinggangnya meletakkan tangannya di atas pahanya yang dibalut dengan celana renangnya yang basah kuyup.
Yakub mencium lehernya dan kupingnya, Sherlyn meronta dengan kecil sambil mengatakan, “jangan bang, nanti kalau kita sudah kawinkan abang bisa melakukannya.” Yakub tidak mendengar keluhannya bahkan ia merayunya dengan kata-kata dan gombalan sambil mengatakan, “aku mau bertanggung jawab untuk mengawinimu, aku sumpah demi Tuhan.” Kebetulan Yakub beragama Islam, Sherlyn Kristen.
Sherlyn bertanya ke Yakub lagi, “apa orang tua abang mau menerimaku?”
Dia jawab, “aku sudah bilang sama orang tuaku, mereka setuju, terserah pilihan aku.”
Akhirnya pertahanan Sherlyn kandaslah sudah. Sherlyn pasrah Yakub menciuminya mulai dari ujung rambut sampai kakinya, dengan penuh rasa sayang dan menikmati keindahan tubuh Sherlyn .
Sherlyn tidak tahan perlakuan Yakub , membuatnya macam cacing kepanasan sambil membalas cubuan Yakub . Melihat perlawanan Sherlyn , Yakub semakin semangat sambil berusaha membuka baju dan celana renangnya. Dalam sekejap, baju dan celana Sherlyn sudah lepas dari tubuhnya.
Tubuh Sherlyn yang putih mulus hanya dibalut segi tiga dan BH. Melihat kemontokan tubuh Sherlyn , Yakub sempat terpelongo sejenak melihat pemandangan yang tidak pernah dilihatnya secara langsung selain dengan menonton fliim biru.
Dengan secepat kilat Yakub melepaskan seluruh pakaiannya yang melekat di tubuhnya. Sherlyn terkejut dan malu melihat Yakub telanjang bulat di hadapannya, dadanya yang kekar ditumbuhi bulu-bulu halus. Sherlyn teringat kata-kata kawannya, kalau ada bulu tubuh di dada pria, nafsunya tinggi, mengingat ini Sherlyn gemetar. Tanpa dikomandoi tangan Yakub yang lincah membuat Sherlyn kehilangan konsentrasi. Sherlyn gelagapan menyeimbangi jamahan dan ciuman yang dilakukan Yakub .
Sherlyn hampir lemas dengan cumbuan Yakub yang membuatnya tidak sadar bahwa semua pembalut tubuhnya sudah terlepas seperti anak yang baru dilahirkan tanpa sehelai benangpun yang menghalanginya. Yakub mulai meningkatkan serangannya, maaf pembaca “dengan menjilat milik Sherlyn yang paling berharga”. Sherlyn tidak tahu apa lagi yang dilakukan Yakub , yang jelas membuat Sherlyn menggelinjang-gelinjang.
Yakub menindih Sherlyn sambil membuat ancang-ancang di atas tubuhnya, sambil mengarahkan bazzokanya, sambil menciumi leher dan telinganya. Saat tubuh Yakub peling bawah menekan milik Sherlyn terasa nyeri dan sakit.
Mendengar jeritan Sherlyn , Yakub merasa kasihan dan menghentikan aksinya sebentar. Sambil mempermainkan buah kembar milik Sherlyn , selang beberapa menit Yakub mengulangi aksinya sambil menekan dengan pelan-pelan, tapi sangat luar biasa sakitnya. Sherlyn baru kali itu dicium laki-laki, apalagi untuk digituim.
Yakub mulai tidak sabar menikmati milik Sherlyn , akhirnya dia menekannya dengan keras. Sherlyn menjerit kesakitan. Yakub berhasil membongkar pintu milik Sherlyn yang kian lama dijaga. Yakub tidak bergerak, dia membiarkan miliknya di dalam milik Sherlyn . Sekali-sekali Yakub mengangkat tubuhnya dengan lembut, Sherlyn mulai merasakan nikmat bercampur sakit. Kurang lebih 15 menit Yakub mengerang dan terkulai lemas di samping Sherlyn .
Sherlyn memaki dirinya sambil menangis, kenapa dia bisa segampang itu mengikuti godaan setan yang menimpaku. Sherlyn mau duduk terasa sakit di selangkangannya, Yakub terlihat dengan senyum sambil memeluk Sherlyn . Dia meyakinkan Sherlyn bahwa dirinya tidak akan menyia-nyiakan Sherlyn sampai kapanpun dia tetap bertanggungjawab katanya pada Sherlyn . Dengan kata-kata bang Yakub membuat Sherlyn tidak ada apa-apanya di depan dia. Sherlyn tertunduk dan patuh pada perintahnya.
0 Comments
Berkomentarlah Dengan Baik dan Benar ^-^
Mohon Untuk Tidak Meninggalkan Spam
Jika Ingin Copy Silahkan di Masukan Link Refrensi nya